Haruskah
kubandingkan engkau dengan hari di musim panas?
Meski
seni lebih indah dan lebih sederhana:
Kelopak
mei telah digoyangkan angin menderu,
Kontrak
musim panas tak mampu berlangsung lama:
Terkadang
mata surga bersinar amat terang,
Dan
sering semburat megahnya menghilang
Bila
urusan kadang-kadang menyimpang dari keadilan
Lewat
kesempatan, satu perubahan alam, tak seimbang;
Namun
musim panas abadimu tak akan pudar,
Tidak
juga keadilanmu hilang meskipun tertunda;
Tak
akan pula kematian berdusta meski kau mengembara
Dalam
bayang samarnya,
Ketika
masuk ke dalam garis batas kekalahan yang juga
Terus
berkembang;
Selama
lelaki bisa bernapas, selama mata bisa melihat
Selama
menjalaninya dan semua ini memberimu hidup.
(William
Shakespeare)
Andai saja itu punyamu
yang kau persembahkan untukku, persembahan dari hati yang terdalam. Bila benar
ingin aku membalasnya walau tidak seindah dan tak sesastra yang kau mau.
Seperti cerita cinta kahlil gibran, bertukar rasa berbagi kerinduan dalam
tiap-tiap carik kertas, selama bertahun-tahun. Bukan kiasan tentang cinta pada
pandangan mata melainkan sesungguhnya tak dapat bertatap karna hati yang bicara.
Ah! Mungkin aku saja yang begitu berharap. Menyaksi setiap gerak langkahmu,
setiap hilang timbulnya dirimu, dalam batas cahaya hingga baris kegelapan. Aku
masih bisa menerimanya, bagai matahari yang mengudara. Aku melihat dan
memerhatikan, hingga aku tenggelam melepaskanmu dan esok terbit lagi. Aku tidak
punya cara lain lagi, dan aku tidak bisa memahaminya secara lebih dan lebih
lagi. Ini apa adanya karna duniaku terlalu sempit untuk dapat menjabarkan kata
perkata maksudnya. Cuma sederhana, ‘aku senang bisa melihatmu, mengenalmu dan
pernah berada di dekatmu’.
Jangan hiraukan, si
gadis ini. Biarkan ia menari sendiri, melantunkan lagu-lagu penggugah hatinya,
berlarian, meloncat, serta tertawa. Biarkan aku melakukannya walau aku sudah
tahu sama sekali ini bukan minatmu. Aku ingin sekali berada terus disini, tidak
ingin pulang karna hanya disini aku dapat bergerak bebas. Aku tidak peduli
tentang kegelisahanku ini, tentang jalan yang berliku ini. Tentang mereka yang
membahana diatas duka nestapaku, tentang para penyusup yang bangga mendapati
hakku. Aku tidak peduli, aku masih ingin disini, menari hingga habis gerak
ragaku.
2 komentar:
suka bgt postingan yg ini tik :')
Posting Komentar