Dengan sedikit
kata tak sempat
Ku uraikan jua
rasa yang tak pernah terbaca
Dengan atau tanpa
kasihan
Ku lepaskan jua
rindu yang tak pernah teraba
Bila ini terdapat
batas
Aku ingin memberi
terusannya
Bila ada dinding
yang tinggi
Aku ingin membuat
ruasnya
Setidaknya…
Lewat semu pun,
tak apa
Aku tahu dan kau
juga
Rasa yang
terhimpit
Yang akan kita tinggali
Disini, mungkin
Biarkan atau
tidak mengapa tak hiraukan, aku ingin memejamkan mataku saja. Kau lihat karna
tahu atau juga tidak, bolehlah keanehan yang tampak justru itu yang memang
adanya. Kadang aku berkeberatan Tuhan ciptakan hati, sulit juga memahami kepada
siapa hati ini dicurahkan, tapi juga iba bila tak satupun yang waras karna tak
bisa rasa apa-apa. Hidup ini memang pedih, lebih pedih bila itu kita buat
sendiri. Kekejaman datang karna kita yang lebih dulu menghampirinya. Bodoh,
karna aku yang sendiri mengatakannya. Aku tak ingin terkurung lagi, kungkungan
ini membuatku lemas tak keruan. Palsu, jika banyak yang bilang ‘cinta tak harus
miliki’. Lebih baik begitu, dan lebih jitu bila dari awalnya kita mengerti
artinya itu adalah hindari.
Aku tidak
memiliki kepercayaan diri, sepertimu. Kau tawarkan banyak hal, kau memberi apa
yang kau punyai. Aku memang tak banyak tahu, namun sepertinya jelaga matamu
ungkapkan isyarat itu. Aku hampa sekali saat ini, aku ingin bercerita saja
padamu tepatnya bayangmu. Aku pernah berada ditengah keramaian, membekuk,
meringkuk, hingga aku kikuk tak dapat bernapas. Sesekali juga aku sering
memasuki sepi, gelap, remang merana, hingga ke ujungya tak kutemui
samar-samarnya cahaya. Apa mesti yang kulakukan saat begini. Aku memang gila,
tapi tak apalah setidaknya disini aku dapat berkesah. Aku tidak mengharap
lebih, karna aku berkata saja apa yang ingin aku ungkapkan.
Dibalik awan yang
menggerumbul
Ada pelik singkat
yang tak bisa dijelaskan
Meniti titik
pertitiknya air hujan
Membuyarkan harapan
yang sempat terpasang
Berlarian kesana
tak kemari
Menjunjung kau
sendiri hingga jauh
Tinggal sepercik
auramu
Buat aku tak rasa
hadirmu
Lagi…
Dan lagi.. Aku
tak mau ini jadi semakin jauh. Tak punya tepi, bergiring terus dan terus
melampaui batas nyatanya. Kenapa kita ada di tempat yang sama, bertemu disatu
jalan yang sisinya pun kita pernah hinggapi walaupun tidak berbarengan. Sering
beradu pandang tapi tak mengerti maksudnya apa. Atau tak sepantasnya aku
seperti ini, mengurusi hidupku saja belum sampai-sampai aku di titik terangnya.
Apalagi mendamba ragamu, bercerita sebenar-benarnya dihadapanmu. Cukuplah
perbedaan itu jadi pembatasnya, ya kita berbeda. Tapi mengapa jua masih terus
aku membicarakanmu bila adanya tak pernah mampu dijabarkan. Terus terang, aku
juga tidak bisa lupa mengenai ambisiku. Apa kau baca kisahku tentang ibu?
Mungkin aku tidak sepertimu, yang beruntung. Tapi rasa-rasanya aku yang lebih
beruntung. Atau, ya, kita sama-sama beruntung setidaknya kita telah berwujud.
Aku bicara pada
bayangmu, Jangan paksakan membaca cerita yang berbelit ini, karna kau akan
sulit tuk memahaminya. Sedikit-sedikit aku berimu harap, namun kemudian aku
bertekad musnahkanmu dalam khayalku. Sebentar-sebentar aku jadi ambisius, namun
sebentar laginya aku mematikan jiwaku sendiri dengan kata-kataku yang
berantakan. Seperti itulah kiranya jalan hati beserta pikiranku. Bisakah kau
bantu aku, tapi jangan harapkan apapun karna aku tak punya apa-apa sebagai
imbalannya. Selain hati.