Novel
ini bercerita tentang perjuangan seorang anak perempuan demi melanjutkan
hidupnya. Ia divonis mengidap penyakit genetik yang membuatnya memiliki tubuh
yang besar dari lahir hingga dewasa. Bahkan karena penyakitnya ini berat
badannya tidak pernah sekalipun menurun selama hidupnya, yang ada hanya berat
badan yang kian hari kian meningkat. karena kondisi ini, Ia diperkirakan hanya
berumur tidak lebih dari 25 tahun.
Namanya,
Gusni Annisa Puspita. Ia adalah satu-satu dari anggota keluarganya yang
memiliki badan besar. Tak heran kondisi ini membuat kejanggalan, karena benar
saja keadaannya adalah dari faktor keturunan yang tidak biasa. Dari semua
anggota keluarganya yang mengalami kodisi seperti ini, gusni adalah yang ketiga
setelah dua kakak dari kakeknya. Itu artinya dalam kurun waktu yang sangat
lama, penyakit seperti ini baru sekaranglah muncul lagi yaitu pada Gusni.
Selama
18 tahun, gusni hidup tanpa mengetahui penyakitnya. Yang Ia tahu hanyalah bahwa
Ia berbeda dari anggota keluarganya yang lain. Hingga pada suatu malam, ayahnya
memberi tahu keadaannya yang sebenarnya. Adik dari pemain bulu tangkis andalan
indonesia— Gita Annisa Srikandi— ini lantas tak begitu saja menyerah pada
penyakitnya.
Setiap
pagi setelah Ia tahu mengenai penyakitnya, Gusni bangun lebih awal yaitu jam 5
pagi. Bergegas lari pagi dari rumah hingga gelanggan olahraga. Meskipun dokter
berkata telah berbagai cara dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya selalu
gagal, namun Ia tidak menyerah. Ia hidup dengan kepercayaan kepada
impian-impiannya, buat apa Ia hidup jika Ia tidak berjuang demi mimpinya.
Sebelumnya,
ketika Ia berumur sekitar sebelas, gusni telah mencoba bermain bulu tangkis. Ia
sangat menyukainya, bukan karena ikut-ikutan kakaknya melainkan karena Ia
terinspirasi dari Susi Susanti yang berhasil merebut medali emas pertama untuk
Indonesia. Gusni, papa-mama dan Gita, waktu itu bersama-sama menonton
pertandingan Susi Susanti. Gusni begitu senang melihat kedua orang tuanya yang
bahagia, bangga melihat kemenangan Susi. Dari situlah, Gusni berniat membuat
papa dan mamanya gembira dengan Ia bermain bulu tangkis. Namun dikarenakan
dirinya yang jatuh pingsan setelah latihan, pada hari itu juga Ia dilarang
untuk bermain bulu tangkis. Pada saat itu, Gusni belum mengetahui tentang
penyakitnya.
Kini,
setelah Gusni mengetahui penyakitnya. Ia putuskan untuk kembali bermain bulu
tangkis dan meminta izin kepada papa-mamanya. Ia hanya ingin berjuang untuk
hidupnya, lebih baik Ia pergi dengan berjuang daripada tidak sama sekali. Dengan
bermodalkan pengalaman memegang raket nyamuk selama bertahun-tahun, kini Ia
hanya diberkan latihan berlari setiap hari keliling lapangan oleh Pak Pelatih.
Pelatihnya tahu bahwa Gusni hanya perlu menguatkan tubuhnya dengan lari
sesering mungkin.
Semakin
Ia berlari semakin kuat pula pertahanan tubuhnya. bukan hanya itu, cara bermain
bulu tangkis Gusni juga terletak pada kekuatan bertahannya. Selain memberikan
latihan berupa berlari keliling lapangan, pak pelatih juga memberikan latihan
mengembalikan kok dari smash yang
dilemparkan oleh temannya. Dengan begitu akan teknik pertahanan Gusni akan
sering terlatih.
Berlatih
seperti itu hingga berbulan-bulan. Akhirnya, Pak Pelatih memberi Gusni
perlombaan pertamanya. Perlombaan yang diadakan tanpa sepengetahuan Gusni.
Perlombaan tersebut dimenangkan oleh Gusni dengan skor 21-16. Gusni 21 dan Ria
16.
seiring
berlalunya waktu, berat badan Gusni tak kunjung menurun biarpun hanya satu
kilo. Gusni tetap tak menyerah. Terus dan terus Ia bermain bulu tangkis. Hingga
akhirnya Pak Pelatih mempercayakan Gusni untuk ikut pada perlombaan Khatulistiwa
Terbuka. Perlombaan yang akan berlangsung sekitar tujuh bulan lagi.
Pada
perlombaan tersebut, tim nasional putri yang beranggotakan tujuh orang termasuk
Gusni dan Gita, kakaknya mengalami masalah. Dua orang atlet muda yang juga baru
memulai perlombaan mereka— seperti Gusni, pada khatulistiwa terbuka yaitu Fitri
dan Nita mengalami cedera ketika perlombaan, hingga akhirnya tidak
diperbolehkan untuk ikut pada perlombaan berikutnya. Tinggallah lima orang,
salah satunya dalah Gusni dan Gita.
Perlombaan
berlangsung cengang ketika Indonesia melawan Malaysia. Tiba pada saatnya Gusni
dan Gita dipasangkan sebagai ganda putri di babak terakhir melawan pasangan
malaysia, Ainun dan Reina Madjid. dengan sush payah dan kewalahan gita dan
gusni menghadapi serangan bertubi-tubi dari ganda putri Malaysia tersebut.
Pada
babak pertama dimenangkan oleh Malaysia, babak kedua dimenangkan oleh Indonesia
dan pada babak terakhir dimenangkan oleh Indonesia. Walaupun skor mereka
berbeda tipis, namun tim Indonesia membawa medali emas pada perlombaan
khatulistiwa ini. Dan yang lebih menggembirakan lagi adalah Gusni dan Gita yang
membawa kemenangan bagi Indonesia pada malam itu.
Pada
akhirnya, meskipun kondisi Gusni belum sepenuhnya sembuh. Namun di lembar akhir
novel diceritakan bahwa Gusni akhirnya menikah dengan Harry, teman masa
kecilnya juga cinta pertamnaya dan para tokoh hidup dengan berbahagia.
Judu buku: 2
Penulis: Donny
Dhirgantoro
Tahun: 2011